Benarkah Penyakit Ayan (Epilepsi) Bisa Menyerang Semua Orang?

apakah penyakit ayan epilepsi bisa menyerang semua orang
Apakah ayan atau epilepsi bisa menyerang semua orang?

KakaKiky - Pernahkah Anda atau orang yang Anda kenal mengalami kejang selama beberapa kali? Jika pernah, ada kemungkinan terjadi masalah neurologis di dalam otak. Di Indonesia, kondisi ini disebut dengan “penyakit ayan”. Secara sederhana, penyakit ayan dijelaskan sebagai gangguan saraf yang menyebabkan tubuh mengalami kelojotan atau kejang secara berulang dan tidak terduga. Kejang yang tidak terkontrol ini dipicu oleh lonjakan aktivitas listrik yang dihasilkan sel-sel otak yang sudah rusak.

{getToc} $title={Daftar Isi}

Di dalam dunia medis, kondisi ini lebih dikenal dengan istilah epilepsi atau gangguan kejang berulang (recurring seizure disorder). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 1,5 juta orang penyandang epilepsi di Indonesia. Di antara angka tersebut, penyakit ayan pada orang dewasa (epilepsy in adults) menjadi yang paling umum terjadi dan disebut orang dengan epilepsi (ODE). Namun, apakah epilepsi hanya menyerang orang dewasa atau bisa terjadi juga pada anak-anak? Ayo kita kupas lebih lanjut tentang epilepsi melalui artikel ini!

Ciri Khas Epilepsi

Ciri Khas Epilepsi
Ciri khas penyakit ayan atau epilepsi

Ciri khas utama dari epilepsi adalah kejang berulang dan tidak terkendali. Namun, tidak serta merta Anda mengidap epilepsi saat mengalami kejang. Epilesp berarti Anda mengalami kejang tanpa pemicu (unprovoked seizures) selama beberapa kali. Karakteristik ODE ketika kejang bisa beragam, mulai dari hilang kesadaran total, tatapan mata kosong selama beberapa saat, atau tetap mempertahankan kesadaran dirinya. Dalam beberapa kasus, ada yang mengalami kejang dengan cara menggetarkan lengan atau kaki mereka berulang kali. Lebih luas, menurut penelitian dari International League Against Epilepsy (ILAE), epilepsi bisa diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:

  • Epilepsi onset fokal: kejang bersumber dari satu sisi otak.
  • Epilepsi onset umum: kejang dimulai dari dan melibatkan kedua sisi otak.
  • Epilepsi umum dan fokal: kondisi ini merupakan gabungan yang mencakup kejang onset fokal dan umum.
  • Epilepsi dengan onset yang tidak diketahui: sumber penyebab kejang tak bisa diketahui secara pasti.

Gejala kejang bisa bervariasi dan memengaruhi proses apa pun yang terjadi di otak. Gejala kejang dapat meliputi:

  • Kebingungan sementara waktu.
  • Kejang yang muncul secara tiba-tiba.
  • Otot menjadi kaku (atrofi otot).
  • Sentakan yang tidak terkendali pada lengan dan kaki.
  • Hilang kesadaran.
  • Gejala psikologis seperti ketakutan atau kecemasan.

Terkadang, ODE juga mengalami perubahan perilaku yang drastis dan mayoritas orang cenderung mengalami jenis kejang yang sama di setiap episodenya.

Siapa Saja yang Berisiko Terkena Epilepsi?

Dilansir dari studi yang dilakukan oleh Epilepsy Foundation pada tahun 2014, epilepsi diketahui bisa menyerang semua kalangan, mulai dari usia anak-anak hingga orang dewasa. Terkini, kasus epilepsi banyak terlapor terjadi pada anak-anak, terutama sejak lahir hingga usia 1 tahun. Angkanya turun ketika bayi memasuki usia 1 - 10 tahun dan kemudian angkanya bertahan selama masa remaja sampai dewasa. Namun, angka epilepsi meningkat pada orang dewasa berusia 55 tahun ke atas. Kaum lansia juga lebih berisiko terkena penyebab epilepsi, seperti stroke, tumor otak, atau penyakit Alzheimer.

Lebih lanjut, menurut laporan WHO pada tahun 2024, Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi dengan sedikitnya 5 juta orang terdeteksi mengidap penyakit ini setiap tahunnya. Hal ini menjadikan epilepsi sebagai salah satu penyakit saraf yang paling banyak terjadi di dunia. Dilihat dari persebaran negara, sebanyak 80% penderita epilepsi tinggal di negara-negara kelas menengah ke bawah.

Penanganan Penyakit Ayan

Cara Penanganan Penyakit Ayan
Cara Penanganan Penyakit Ayan

Penanganan penyakit ayan berada sepenuhnya di bawah pengawasan dokter spesialis saraf (neurologist) atau dokter spesialis bedah saraf (neurosurgeon). Biasanya, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mendeteksi gangguan pada saraf otak Anda. Rangkaian pemeriksaan tersebut, di antaranya:

  • Pemeriksaan fisik dan rekam medis: dokter mengevaluasi gejala yang Anda alami, mulai frekuensi, durasi, hingga pemicu potensial kejang. Selain itu, dokter juga akan memeriksa kondisi fisik Anda untuk menyingkirkan penyebab lain dari terjadinya kejang.
  • Tes neurologis: merupakan penilaian terhadap fungsi sensorik, kognitif, saraf kranial, motorik, refleks, dan perilaku pasien. 
  • Elektroensefalografi (EEG): ini adalah prosedur tes diagnostik lanjutan yang berfungsi untuk merekam aktivitas elektrik pada saraf otak dengan cara menempelkan alat cakram logam kecil di sepanjang kulit kepala.
  • CT scan: computed tomography scan memanfaatkan sinar-X dalam mengambil foto organ dalam tubuh dengan tujuan untuk mendeteksi lesi otak atau kelainan lain yang relevan dengan epilepsi.
  • MRI scan: prosedur magnetic resonance imaging yang memanfaatkan medan magnet kuat untuk mengambil gambar dalam tubuh serta mendeteksi penyakit tertentu yang tidak terlihat saat CT scan.
  • Tes darah: darah pasien akan diambil dan diteliti di laboratorium guna membantu dokter dalam mengidentifikasi penyebab mendasar lain terjadinya epilepsi, seperti infeksi atau gangguan metabolisme.

Setelah diagnosis terhadap epilepsi ditegakkan, dokter spesialis saraf akan memberikan rekomendasi perawatan kondisi. Perlu digaris bawahi bahwa epilepsi tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Rekomendasi perawatan ini ditujukan untuk meredakan gejala serta mengurangi frekuensi kejang. Beberapa langkah pengobatan epilepsi meliputi:

  • Pengobatan medis: dokter akan meresepkan obat anti epilepsi (OAE). Obat-obatan ini sudah disesuaikan dengan kondisi pasien dan perlu diminum secara rutin untuk mengontrol kejang.
  • Menjaga gaya hidup sehat: mengatur pola tidur, stres, menghindari konsumsi makanan  atau paparan pemicu kejang, serta rutin minum obat, bisa sangat membantu pasien dalam mengendalikan kejang.
  • Operasi: ketika kondisi pasien sudah resisten terhadap obat anti kejang, dokter bisa mempertimbangkan tindakan operasi (epilepsy surgery) untuk mengangkat bagian otak atau memutus saraf di area otak yang menjadi sumber munculnya epilepsi.

Kesimpulan

Epilepsi atau penyakit ayan adalah gangguan neurologis kronis yang dapat menyerang siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena epilepsi. Jika Anda mengalami gejala epilepsi, penting untuk segera menemui dokter. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan epilepsi dapat mengendalikan penyakit mereka dan menjalani kehidupan yang normal dan produktif.