Pengaruh Globalisasi Terhadap Sosial Dan Budaya Di Indonesia
Pengaruh Globalisasi |
KakaKiky - Pada kesempatan
kali ini kita akan belajar mengenai pengaruh globalisasi terhadap sosial dan budaya yang ada di Indonesia. Berikut pembahasan dimulai dari latar belakang
masalah, tujuan, rumusan masalah, pembahasan materi, serta kesimpulan.
BAB. I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Globalisasi di era reformasi ini, dirasa
sangat kental. Ia masuk kesetiap bagian dalam suatu Negara, misalnya ekonomi,
pendidikan, IPTEK, sosial budaya dan lain lain. Bahkan semua orang dapat
merakan efek dan pengaruh yang dibawa Globalisasi. Pengaruh positif tentu
sangat baik dan bisa diterima. Namun selain pengaruh positif, juga terdapat
pengaruh negatif. Hal ini patut kita cerna dan telaah lebih lanjut. Oleh karena
itu, pada karya tulis kali in saya akan membahas mengenai Globalisasi dalam
bidang Sosial Budaya.
II. Tujuan
Dengan menulis karya tulis ini,
diharapkan kita dapat mengetahui apa saja pengaruh positif dan negatif dari
Globalisasi. Selain itu juga, diharapkan kita dapat mengambil sikap untuk
menghadapi Globalisasi yang sudah melekat erat dan tidak dapat dihindarkan
lagi.
III. Rumusan Masalah
- Apakah pengertian Globalisasi dalam bidang Sosial Budaya?
- Bagaimana pengaruh positif dan negatif Globalisasi bidang Sosial Budaya?
- Bagaimana cara menyikapi Globalisasi?
BAB. II PEMBAHASAN MATERI
I. Pengertian Globalisasi
Globalisasi berasal dari kata globe yang
berarti "dunia". Secara harfiah globalisasi bisa diartikan proses
mendunia. Globalisasi dalam bidang Sosial Budaya merupakan proses sosialisasi
& pertukaran budaya antar bangsa yang melintasi batas Negara.
Ada sebagian yang berpendapat bahwa
globalisasi merupakan proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah
yang akan membawa seluruh bangsa dan negara berada dalam ikatan yang semakin
kuat untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan
baru atau kita bisa mengatikan kesatuan ko-eksistensi yang nantinya akan
mengahpus batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Penertian ini
didukung oleh pihak yang mendukung terjadinya sebuah evolusi sosial ekonomi dan
budaya.
II. Globalisasi Secara Konseptual
Didalam globalisasi ini Cochrane dan
Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi
teroritis yang dapat dilihat, yaitu:
1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan.
Mereka percaya bahwa negara-negara dan
kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang
homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai
konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis
menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa
globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung
jawab. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah
fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat
(terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi
yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari
mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi
(antiglobalisasi).
2. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi.
Mereka berpendapat bahwa fenomena ini
adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan.
Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional
selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan
tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
3. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis.
Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi
telah sangat dilebihlebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat
bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis
ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai “seperangkat
hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang
sebagian besar tidak terjadi secara langsung”. Mereka menyatakan bahwa proses
ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat
dikendalikan
III. Globalisasi Secara Kontekstual
Berikut ini adalah Globalisasi secara kontekstual
yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia:
- Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
- Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
- Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
- Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa
transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan
pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan
dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah
dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa
ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang
mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai
zaman transformasi sosial.
IV. Pengaruh Globalisasi Bidang Sosial Budaya
A. Pengaruh Negatif Globalisasi Bidang Sosial Budaya
Ada dua faktor pendukung munculnya
globalisasi yaitu berkembang pesatnya teknologi komunikasi dan adanya integrasi
ekonomi. Namun meski hanya 2 faktor pendukung, dampak globalisasi merambat pada
segala sekor yang ada. Dan pengaruh Globalisasi bidang Sosial Budaya yang
paling dapat kita rasakan adalah “Masuknya Budaya Barat”.
Budaya Barat sangat bertentangan dengan
Bangsa Asia khusunya Indonesia yang dianggap Budaya Timur. Di era Globalisasi
ini, dengan mudahnya Budaya Barat masuk
melalui media internet, tv, ataupun media cetak yang kemudian diserap
oleh banyak kaum muda. Hal ini saling berkesinambungan dengan pengaruh buruk
lainnya dari globalisasi.
Bagi Bangsa Asia, Masuknya Budaya Barat
dapat menyebabkan:
1. Cultur Shock
Biasanya ditandai dengan perubahan
budaya maupun kebiasaan dalam masyarakat. Norma masyarakat yang sebelumnya
menjadi pedoman bagi seseorang bertindak perlahan-lahan berubah menjadi
longgar.Misalnya kebiasaan memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua
sudah pudar di kalangan generasi muda.
Pudarnya budaya atau kebiasaan pada
masyarakat seperti memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua sudah
pudar di kalangan generasi muda sebagian besar disebabkan oleh masuknya budaya
Barat.
Memberi salam atau mencium tangan orang
tua sudah tergantikan oleh “Cipika-Cipiki” yang diperkenalkan budaya Barat.
Padahal ini tidak sesuai dengan Bangsa Timur yang lebih mengedepankan etika
dalam bermasyarakat. Terlebih dalam Agama Islam “Cipika-Cipiki” dianggap dosa
bila dengan lawan jenis.
2. Sikap Meniru
a. Meniru perilaku yang buruk
Banyak sekali adegan dalam film Barat
yang tidak sepatutnya dicontoh oleh kaum muda. Misalnya perkelahian
antarpelajar dan pelajar yag terintimidasi dalam sekolah.
b. Meniru Idola
Seseorang yang mengidolakan suatu tokoh,
pasti ingin sama persis menjadi seperti idolanya, setidaknya dalam hal bergaya
atau berpakaian. Kita ambil contoh, siapa yang tak kenal Lady Gaga? Ia adalah
salah satu dari banyak contoh penyanyi papan atas dari luar negri yang banyak
dikagumi. Tak sedikit kaum muda yang mengidolakannya dan mengikuti gaya serta
penampilannya. Cara berpakaian yang tak lazim bahkan mungkin dapat dikatakan
“gila” serta lirik lagunya yang “satanic”. Tapi semua itu seolah tak berarti,
dan tetap diikuti.
3. Style (cara berpakaian) Bangsa Barat
Barat yang identik dengan liberalisme,
sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena trend pakaian dunia berkiblat pada
bangsa Barat, maka style/cara berpakaian bangsa Barat pun perlahan masuk dalam
budaya kita dan berpakaian sangat sexy dengan rok pendek sudah mejadi hal yang
lumrah.
4. Cultur lag (kesenjangan budaya)
Cultur lag ditandai dengan kebiasaan
anggota masyarakat melanggar aturan atau hukum. Hal yang tidak biasa dalam
masyarakat kini telah menjadi lazim untuk dilakukan. Hal ini akibat kebebasan
yang diajarkan budaya Barat sehingga dirasa terlalu bebas tanpa disertai
tanggung jawab.
5. Sekularisme/Sekulerisme
Merupakan Ideologi yang menyatakan bahwa
sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Dalam
kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya di anggap sebagai
sekular. Hal ini di karenakankebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sangsi
legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak
menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan moral yang muncul dari
tradisi kegamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-negara ini.
Meningkatnya pengaruh sekularisme
menyebabkan menurunnya pengaruh agama di dalam Negara. Orang-orang akan mulai
beralih kepada ilmu pengetahuan dan rasionalisme dan menjaduh dari agama dan
takhyul.
Selain Masuknya Budaya Barat yang
menjadi akar dari semua dampak negatif Globalisasi bidang sosial budaya, ada unsur
lain yang ikut berperan dalam hal ini yaitu “Kemajuan IPTEK”. Kemajuan IPTEK
adalah dampak positif dari globalisasi dalam bidang Teknologi, namun ini
sedikit banyak membawa dampak negatif bidang Sosial Budaya yang diantaranya
melahirkan gaya hidup yang:
a. Mewah
Suatu gaya hidup yang mengedepankan merk
dari barang-barang yang dikonsumsinya. Segala sesuatunya haruslah mewah denga
harga yang menakjubkan.
b. Individualistis
Dulu sosialisasi hanya dapat terjadi
jika kita pergi keluar rumah, menyapa tetangga ataupun mengobrol. Namun dizaman
modern ini, hanya dengan duduk dialam rumah dengan internet, bahkan kita bisa
bersosialisasi dengan orang-orang yang berada sangat jauh. Inilah akar dari
individualistis yang tercipta karena tidak bersosialisasi secara langsung. Hal
ini akan sangat fatal karena menciptakan seseorang dengan sikap yang tidak
memperdulikan orang lain selain dirinya.
c. Pragmatisme
Pragmatisme adalah sikap yang menilai
sesuatu dari untung ruginya bagi diri sendiri.
Padahal menolong tanpa pamrih adalah pelajaran dasar dalam
bermasyarakat. Tapi semakin majunya jaman, menyebabkan lunturnya nilai-nilai
gotong royong dan tolong-menolong. Individu lebih mengarahkan pada kegiatan
yang menguntungkan saja.
d. Matrealisme
Suatu paham yang menilai segala
sesuatunya dengan materi dan selalu berusaha memperkaya diri dengan materi
berlebih. Gaya hidup seperti ini sepatutnya dihindari karena tidak semua barang
dapat dinilai secara materi.
e. Hedonisme
Hedonisme menjiwai para pengusaha lokal
yang hidup di beberapa negara miskin. Mereka meraih keuntungan yang banyak
dengan cara menggali sumber daya alam tanpa batas. Tangan-tangan merekalah yang
telah menggunduli hutan, mengotori sungai, mencemari ekosistem laut, dan
penebar racun di udara. Para pengusaha lokal tersebut memperkaya diri mereka
demi sebuah kesenangan hidup. Padahal secara tidak langsung, mereka telah
menghancurkan keseimbangan alam dan menghilangkan mata pencaharian bagi orang-orang
yang bergantung pada alam.
f. Permisif
Suatu paham yang membiarkan sesuatu hal
yang dianggap tabu untuk diperlihatkan. Contoh dari pemahaman ini adalah Bangsa
Barat yang mengajarkan untuk bertelanjang dada untuk pria bahkan sebagian
wanita Barat yang ekstrem ikut bertelanjang dada. Sikap permisif tersebut
berangsur-angsur mulai tumbuh dikalangan kaum pria. Tapi untuk kaum wanita
kebanyakan tentunya tidak melakukan hal demikian. Terlebih aturan beberapa
negara terutama bangsa Timur yang sangat membatasi.
g. Konsumerisme
Konsumerisme merupakan paham atau aliran
atau ideologi dimana seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses
konsumsi atau pemakaian barang barang hasil produksi secara berlebihan atau
tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Dan inilah hal yang paling
sering terjadi seperti berbelanja pakaian terlalu banyak. Padahal pakaian
tersebut tidak semuanya dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
h. Sikap yang Serba Instant
Era Globalisasi membuat mudah segala
sesuatunya. Ingin makan mie, cukup menyeduh mie instant. Ingin makan bubur,
cukup menyeduh bubur instant. Ingin makanan dalam waktu singkat, cukup pesan
fast food. Serba instant yang hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Namun
bukan berarti hal tersebut bagus. Sikap yang serba instant akan mengantarkan
pada sifat yang tidak sabaran. Terlebih semua makanan yang instant berdampak
negatif pada kesehatan tubuh.
i. Malas & Lalai
Seiring berkembangnya zaman, masyarakat
beralih dari penggunaan Radio menjadi TV atau bahkan Internet. Hiburan yang
disajikan begitu mengasyikan dan seru hingga membuat kita menjadi lalai dan
malas.Bukan hanya berpengaruh pada kelalaian mengerjakan tugas namun juga dapat
menyebabkan lalai dalam beribadah bahkan cenderung malas.
B. Pengaruh Positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya
Banyak sekali pengaruh buruk akibat
Globalisasi yang kita rasakan. Namun tentunya masih ada pengaruh positif
Globalisasi Bidang Sosial Budaya yang dapat kita rasakan, atau mungkin bagi
sebagian banyak orang sudah mengalaminya.
- Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
- Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.
Setelah membahas bagaimana Globalisasi
dapat memberikan dampak yang begitu dahsyat bagi kita semua, ada satu hal
pengaruh Globalisasi yang saya rasa dapat dikategorikan sebagai dampak positif sekaligus
dampak negatif, yaitu “Wanita Karier (Emansipasi Wanita)”
1. Memasak Didapur
Dulu terdapat aturan bahwa anita tidak
diperbolehkan masuk kedalam dunia kerja. Tugas mereka hanyalah menjadi ibu
rumah tangga dan mengurus anggota keluarga. Inilah ketentuan yang berlaku
sebelum
2. Bekerja dikantor/perusahaan
Namun pada era Globalisasi ini, aturan
tersebut sudah tidak berlaku lagi. Mengurus Rumah Tangga bukanlah lagi tugas
wajib dari seorang wanita yang sudah berkeluarga. Banyak wanita yang masuk
kedalam dunia kerja. Dan tidak jarang mereka kaum wanita sukses menjadi wanita
karier ataupun memimpin perusahaan.
Mengapa dapat dikategorikan positif
maupun negatif? Karena wanita yang sudah berkeluarga tentu memiliki tanggung
jawab mengurusi rumah tangganya selagi suami berkerja. Namun apabila wanita
ikut berkarier, lalu siapakah yang akan mengurus rumah? Dan hal yang sangat
fatal adalah kurangnya kasih sayang ibu pada anaknya. Namun hal ini menjadi
positif manakala wanita membawa perubahan baru, ikut memperbaiki perekonomian.
Mungkin yang perlu disikapi adalah
mengambil hal positifnya dan meminimalisir kemungkinan buruknya.
BAB. III PENUTUP
I. KESIMPULAN
Banyak pola hidup negatif akibat
Globalisasi seperti konsumerisme, pragmatism, hedonism, matrealisme dan
lain-lain. Semua sikap tersebut akan melunturnya semangat gotong royong,
solidaritas, kepedulian, & kesetiakawanan sosial serta nilai-nilai agama.
Nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara pun akan
pudar karena dianggap tidak ada hubungannya.
Namun juga terdapat beberapa dampak
positif yang dapat kita rasakan:
Meningkatkan pembelajaran mengenai tata
nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan
dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
Meningkatkan etos kerja yang tinggi,
suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif,
dan lain sebagainya.
Setelah mengungkapkan berbagai macam
pengaruh Globalisasi, pengaruhnya yang merujuk pada sisi negatif dapat
menghancurkan suatu Negara. Pengaruhnya secara garis besar mengenai sasaran
yaitu:
- Menyebabkan erosi budaya
- Kehilangan jati diri dan identitas bangsa
- Hilangnya semangat nasionalisme dan patriotisme
Sikap positif lain yang perlu
dikembangkan untuk bisa berperan di era globalisasi adalah sebagai berikut:
- Berkompetisi dalam kemajuan iptek;
- Meningkatkan motif berprestasi;
- Meningkatkan kualitas/mutu;
- Selalu berorientasi ke masa depan
Nah sobat, itulah pembahasan mengenai pengaruh globalisasi terhadap sosial dan budaya yang ada di Indonesia. Semoga pembahasan kali ini dapat memperluas ilmu pengetahuan bagi kamu yang membacanya. Cukup sekian, wassalamu'alaikum and Be Prepared!