6 Alasan Mengapa Umat Islam Haram Merayakan Hari Valentine
Pict From Instagram @hbib.art |
KakaKiky - 14 Februari seakan-akan menjadi tanggal yang sangat sakral bagi kaum muda mudi, baik itu di Negara Indonesia maupun belahan negara lainnya. 14 Februari dinyatakan sebagai hari kasih sayang atau biasa disebut sebagai Valentine Day’s. Hari ini banyak ditunggu-tunggu karena dipercaya oleh banyak orang sebagai hari yang paling tepat untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Namun benarkah demikian? Bagaimana pandangan Agama Islam terhadap perayaan hari Valentine Day’s ini?
Hari Valentine Day’s merupakan sebuah hari dimana orang-orang terutama di belahan bumi Eropa menjadikannya sebagai hari untuk mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayang, walaupun pada hakikatnya bukan tentang hari kasih sayang, melainkan hari “Making Love”.
Padahal sudah sangat jelas sekali tidak ada yang namanya hari Valentine di dalam Islam. Kata Valentine itu sendiri merupakan kata atau istilah impor dari luar Agama Islam, dan bahkan latar belakang dan sejarahnya pun sangat tidak sejalan dengan Agama Islam.
Sudah sepantasnya kita sebagai kaum muslim untuk menjauhi yang namanya Hari Valentine Day’s, kita tidak boleh ikut-ikut mengucapkan selamat atau bahkan ikut untuk merayakannya. Namun mengapa Agama Islam sampai melarang sedemikian rupa untuk tidak ikut merayakan Valentine Day’s? Berikut ini adalah 6 alasan mengapa Umat Islam haram merayakan Hari Valentine.
1. Merayakan Valentine Sama Dengan Meniru-niru Orang Kafir
Di dalam Islam kita dilarang untuk meniru ataupun menyerupai orang Kafir. Larangan ini jelas terdapat dalam berbagai ayat di Al-Quran, juga dapat kita temukan dalam beberapa sabda Rasulullah ï·º dan hal ini juga sudah menjadi kesepakatan para ulama. Dalam sebuah hadits Rasulullah ï·º menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir, hadits tersebut berbunyi “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka,” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
2. Orang Beriman Seharusnya Tidak Menghadiri dan Mengikuti Perayaan Orang Kafir
Allah Subhanahu wa ta'ala telah mencirikan sifat dari orang-orang yang beriman. Mereka itu adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual ataupun perayaan orang-orang musyrik dan ini juga berarti kita sebagai umat Islam tidak boleh merayakan perayaan agama lain seperti Valentine ini.
Allah Berfirman: “Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya,” (QS. Al Furqon : 72).
Ayat tersebut merupakan sebuah pujian bagi orang-orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan orang musyrik itu adalah sebuah hal yang terpuji, maka sebagai umat Islam kita wajib untuk menjauhi perayaan semacam hari Valentine. Merayakan hari Valentine berarti menunjukkan bahwa kita bukanlah ciri-ciri orang yang beriman.
3. Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat
Jika orang Mencintai Allah dan juga Rasulnya, maka dia akan mendapatkan syafaat dan juga keutamaan baik dunia maupun akhirat.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Rasulullah: “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?.” Rasulullah menjawab: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?.” Lalu, Orang tersebut menjawab: Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah berkata: “(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai,” (HR. Bukhari dan Muslim) .
Dari hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa nantinya kita akan bersama dengan orang yang kita cintai di akhirat. Namun bagaimana jadinya bila yang kita cintai dan agungkan itu adalah seorang tokoh nasrani yang dianggap sebagai seorang pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda? Valentine lah sebagai seorang pahlawan dan pejuang ketika itu. Jadi, apakah kamu mau dikumpulkan bersama dengan Rasul dan orang-orang yang Saleh atau dengan Valentine yang jelas-jelas merupakan seorang tokoh nasrani (kafir)?
4. Mengucapkan “Selamat” Dapat menjerumuskan Dalam Kesyirikan dan Maksiat
Valentine itu sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang artinya “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhannya orang Romawi. Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama saja kita meminta orang lain menjadi “Sang Maha Kuasa”.
Sangat jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, karena menyamakan makhluk dengan Sang Pencipta, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Sejak awal sudah iky kemukakan bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nasrani, bahkan semula adalah ritual paganisme.
Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama.
5. Valentine Menjadi Hari Semangat Untuk Berzina
Perayaan Valentine di zaman modern ini sudah mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama.
Maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah swt berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (QS. Al Isro’ : 32).
6. Meniru Perbuatan Setan
Menjelang datangnya hari Valentine berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan untuk membeli semua pernak-pernik tersebut. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang lebih membutuhkan agar berbuah pahala.
Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan oleh mereka, hanya demi merayakan hari Valentine.
Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan,” (QS. Al Isro’ : 26-27).
Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini, Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru,” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim).
Nah sobat, itulah 6 alasan mengapa Umat Islam haram merayakan Hari Valentine, semoga dengan adanya artikel ini membuat kita semakin sadar dan menambah wawasan kita tentang keagamaan. Jangan lupa untuk share artikel ini jika menurut kamu artikel ini bermanfaat untuk dibaca oleh orang lain. Cukup sekian artikel kali ini, Wassalamu’alaikum.
Sumber Referensi: rumaysho.com/Salimah